Berjuang Melawan Covid-19, Kisah Inspiratif Dalam Buku “Spiritual Journey”

oleh
oleh -

Majalahteras.com – Himpunan Ilmuwan dan Sarjana Syariah Indonesia (HISSI) dan Kholam Publishing bekerja sama dengan UIN Jakarta menggelar bedah buku secara virtual berjudul Spiritual Journey karya Guru Besar Fakultas Syariah dan Hukum Muhammad Amin Suma, Senin (10/8/2021).

Buku tersebut merupakan cerita perjalanan spiritual diri penulisnya selama menjalani masa isolasi mandiri (isoman) karena Covid-19.

Buku dibahas oleh tiga pakar sesuai kapasitas masing-masing. Mereka adalah Rachmat Syafei (Ketua Umum MUI Jawa barat) dari sisi fikih, Hari Hendarto (Dekan Fakultas Kedokteran UIN Jakarta) dari sisi medis, dan Abdul Mujib (Guru Besar Fakultas Psikologi UIN Jakarta) dari sisi spiritual.

Selain itu, juga tampil sejumlah tokoh untuk memberikan testimoni, seperti Yusuf Mansur (Pimpinan Pesantren Daarul Qur’an Tangerang), Hamdan Zoelva (Ketua Mahkamah Konstitusi periode 2013-2015), dan Imam Suprayogo (Guru Besar UIN Malang).

Ada juga beberapa tokoh dan pejabat lain yang memberikan sembutan. Antara lain Rektor UIN Jakarta Amany Lubis, Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid, Gubernur Banten Wahidin Halim, Walikota Tangerang Selatan Benyamin Davnie, dan Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Tb Ace Hasan Syadzily.

Baca Juga  Membangun Komitmen Kuat Empat Konsesus Dasar Berbagsa dan Bernegara

Rektor Amany Lubis mengapresiasi terselenggaranya bedah buku ini. Buku karya Muhammad Amin Suma (MAS), di antaranya sangat menjunjung tinggi integrasi ilmu. Isi buku juga dapat menginspirasi dan mengajarkan keikhlasan dimasa sulit selama pandemi Covid-19.

“Ketika saya diminta untuk menulis kata pengantar dalam buku ini, saya sangat senang dan mencurahkan isi hati saya. Saya merasa doa yang disampaikan MAS dalam buku ini terlihat sangat khusuk. Saya merasa MAS mendapatkan bantuan dari Allah dalam kekuatan spiritual,” katanya.

Rekto rmenambahkan, dalam buku itu juga mengajarkan bagaimana MAS ikhlas menjalani rasa sakit karena Covid-19. Keikhlasannya sebagai hamba yang tidak berdaya dengan menyerahkan dirinya kepada Allah SWT.

MAS dalam bukunya memaparkan bahwa isi buku tersebut merupakan kenyataan empiris dan ungkapan hati yang dijeritkan melalui munajat dari rumah sakit karena terpapar Covid-19. Apalagi setelah hari ketiga dan seterusnya penulis benar-benar menjalani rutinitas di rumah sakit hingga merasakan puncak sakitnya, terutama saat berada di ruang ICU selama 20 hari masa karantina pada 27 Maret-15 April 2021.

“Saya antara menyerah total menyongsong kematian dan berdoa penuh maksimal untuk bisa bertahan hidup. Doa saya waktu itu kepada Allah, ya Allah, jika saya diwafatkan janganlah dalam kondisi Covid seperti ini,” tuturnya.

Baca Juga  Program Makan Siang Gratis Prabowo Gibran Tuai Apresiasi Masyarakat

Selain itu buku ini dinilai sangat lengkap dan komprehensif untuk seorang pribadi muslim dalam menghadapi wabah Covid-19. Pengalaman penulisnya memadukan pengalaman empiris dan pengetahuan teoritis, karena penulis langsung menjadi penyintas. Penulis menggambarkan secara jelas sikap mental positif dalam memberikan pengaruh yang baik saat mengalami masa-masa kritis selama isoman.

Ketua umum MUI Jawa Barat Rachmat Syafei mengapresiasi buku yang ditulis MAS. Ia mengatakan buku tersebut sangat luar biasa dan menjadi momentum yang mencerahkan. Belum ada buku yang menuliskan pengalaman yang lengkap dan komprehensif untuk pribadi muslim menghadapi wabah Covid-19.

“Terlebih lagi buku tersebut ditulis oleh seorang ahli di bidang syariah dan fiqih, sehingga banyak sekali mengandung nilai-nilai syariah yang patut untuk dijadikan pedoman,” ujarnya.

Selain itu, menurut Syafei, buku itu juga menjelaskan hubungan antara manusia dan Tuhan. Penulis mengalami mati indra, mati gaya, mati daya, dan mati rasa. “Namun, ia berhasil melewati semua itu,” lanjutnya.

Sementara menurut Guru Besar Fakultas Psikologi Abdul Mudjib, kehadiran buku tersebut dapat menambah khazanah keilmuan. Menjadi referensi tentang spiritual journey.

“Saya kira, apa yang ditulis MAS agak khas dan unik serta bisa dijadikan acuan bagaimana sikap hidup kita. Bagaimana kita memberikan nilai dari sebuah perjalanan hidup,” ungkapnya.

Baca Juga  Para Pengusaha dan Praktisi Pajak Membentuk Gertax Untuk Masyarakat Taat Pajak

Dekan Falultas Kedokteran Hari Hendarto mengatakan, MAS dalam buku yang ditulisnya juga menggunakan bahasa sehari-hari yang mudah dipahami. Ibarat membaca sebuah karya novel, enak dan menarik.

“Buku yang ditulis MAS mengenai pengalamannya sakit karena Covid-19 menurut saya enak dibaca dan menarik,” katanya.

Adapun menurut dai kondang Ustadz Yusuf Mansur, yang juga murid MAS saat kuliah di IAIN Jakarta, buku tersebut dapat menjadi obat dan vitamin dalam bentuk tulisan. Buku ditulis dari hati dan pengalaman langsung MAS yang sangat dalam tentang perjalanan spiritualnya selama masa isoman.

Apa pun yang keluar dari hati memang beda. Ada greget dan ada aura. Bahkan yang tidak kalah penting adalah keberkahannya.

“Menurut saya walaupun buku ini ditulis terkait dengan Covid-19, namun kelihatannya timeless dan long live sesuai judul bukunya, Spiritual Journey,” ucapnya.(man)