Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung akan jadi lokomotif perekonomian di Banten. Adanya KEK ini diharapkan bisa memajukan 2 daerah tertinggal yaitu Pandeglang dan Lebak.
Gubernur Banten Rano Karno sendiri optimis kehadiran Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Tanjung Lesung di Pandeglang itu bakal mendongkrak dua kawasan yang masih dikategorikan sebagai ‘daerah tertinggal’, yakni Pandeglang dan Lebak.
Sedikitnya, ada 14 kecamatan, 50 desa atau kelurahan, empat kabupaten/kota yang akan dilintasi jalan tol baru Serang Panimbang nanti. Jalan bebas hambatan yang akan menghubungkan Ibu Kota Jakarta dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Tanjung Lesung di Pandeglang sejauh 84 km dari total 170 km.
Menurut paparan yang disampaikan, ke-50 desa atau kelurahan tersebut menyebar di Kota Serang, Kabupaten Serang, Pandeglang dan Lebak. Paling banyak lahan yang akan masuk trase Jalan Tol Serang Panimbang itu yakni di wilayah Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang.
Dari data Pemprov Banten, perkiraan jalan Tol Serang-Panimbang luasnya kurang lebih 785,27 hektare dengan jumlah bidang tanah sebanyak 4.851 bidang Secara rinci, luas perkiraan lahan yang akan terpakai jalan tol di Kota Serang sebanyak 21,17 hektare, Kabupaten Serang 163,35 hektare, Lebak dan Pandeglang masing-masing 369,61 hektare dan 231,17 hektare.
Karena semua dokumennya sudah dinyatakan lengkap, maka tahap selanjutnya adalah persiapan pengadaan lahan dan konsultasi publik. Sesuai Perpres 71 tahun 2012 diubah No 148 tahun 2015, kita diberikan waktu 111 hari untuk segera mengeluarkan SK Gubernur tentang Pengadaan lahan pembangunan Jalan Tol Serang-Panimbang. Tapi kita akan kerjakan 60 hari atau dua bulan terhitung dari tahapan persiapan,kata Rano.
Ketua Pokja 10 Top Destinasi Kemenpar, Hiramsyah Sambudhy Thaib berharap setelah tahap penetapan lokasi ini, segera dilanjutkan dengan pelaksanaan teknis di lapangan, agar realisasi pembangunan tol Serang-Panimbang ini tidak molor. Sektor pariwisata butuh percepatan, untuk mengejar target kunjungan yang double, dari 9,4 juta 2015 menjadi 20 juta di 2019.
Di sepuluh destinasi, semua kami lakukan percepatan,jelas Hiramsyah yang juga dibenarkan oleh Menpar Arief Yahya.
Ke-10 Destinasi Prioritas yang sering disebut sebagai ‘Bali Baru’ itu antara lain Danau Toba (Sumatera Utara), Tanjung Kelayang (Belitung), Tanjung Lesung (Banten), Kepulauan Seribu (Jakarta), Borobudur (Jawa Tengah), Bromo Tengger Semeru (BTS) Jawa Timur, Mandalika Lombok (NTB), Labuan Bajo Komodo (NTT), Wakatobi (Sulawesi Tenggara) dan Morotai (Maltara).
Semua dipercepat, empat yang sudah KEK, yakni Tanjung Lesung, Mandalika, Morotai dan Tanjung Kelayang,jelas Hiramsyah.
Soal kaitan Pariwisata dan Pengentasan Kemiskinan, menekan Gini Ratio, menurunkan indeks kesenjangan social, itu juga dibenarkan oleh Menpar Arief Yahya.
Pariwisata adalah sector yang paling mudah, cepat dan murah bagi Indonesia untuk mengejar ketinggalan. Terutama dalam menaikkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Tidak ada rumus lain, kecuali ekonomi kreatif dan Pariwisata, yang portofolio bisnisnya paling menjanjikan,tegas Arief Yahya.
Sekarang mau dibandingkan dengan siapa? Oil and gas? Grafiknya turun terus dari USD 32,6M di 2013, menjadi USD 30,3M di 2014 dan tinggal USD 18,9M di 2015. Pun juga coal atau batu bara, dari USD 24,5M di 2013, menjadi USD 20,8M di 2014, dan tinggal USD 16,3M di 2015. Kepala sawit juga turun dari USD 17,5M di 2014 menjadi USD 15,5M. Hanya sector Pariwisata yang secara konsisten naik, dari USD 10,5 di 2013, lalu USD 11,1M di 2014, dan naik USD 11,6M di 2015. Trend-nya naik,tambah Arief.
Dari sisi ketenagakerjaan, kata Arief Yahya lagi, juga terus mengalami kenaikan. Dari 9,6 juta di 2013, 10,3 juta di 2014, 11,3 juta di 2015 dan diproyeksikan tahun 2016 ini menjadi 11,7 juta tenaga kerja.
Tahun 2019 nanti akan mencapai 13 juta orang, yang bekerja di sektor Pariwisata. Sudah betul Pak Gubernur Rano Karno, jika menjadikan Pariwisata sebagai lokomotif untuk memajukan daerahnya, termasuk mengentaskan dua daerah tertinggal Pandeglang dan Lebak itu,ungkap Arief.
Secara terpisah, Staf Ahli Menko Perekonomian Bidang Pembangunan Daerah, Wahyu Utomo, menyambut baik penetapan lokasi pembangunan tol darat dari Serang-Panimbang itu. Bagi dia, hal ini sangat strategis. Utamanya dalam mendukung akses utama menuju Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung.
Infrastruktur jalan adalah faktor penting untuk menghidupkan pariwisata Tanjung Lesung, Banten. Begitu akses tol darat dari Serang ke Tanjung Lesung tembus, pertumbuhan pariwisata ke arah Banten pasti naik. Dukungan anggaran Rp 700 Miliar hingga Rp 900 Miliar yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sedang disiapkan untuk pembebasan lahan jalan tol Serang-Panimbang,ujar Wahyu Utomo.
Sumber : BeritaTrevel.com