Majalahteras.com – Pahlawan dan segala bentuk seremonialnya merupakan upaya untuk memperingati dan menghargai jasa-jasa pahlawan yang telah berjuang untuk memerdekakan Indonesia. Tetapi bukan hanya itu saja, karena sebenarnya tujuan acara-acara bertemakan pahlawan adalah sebagai acuan usaha kita untuk mempertahankan dan memajukan NKRI dari segala sisi. Jika masyarakat hanya menganggap acara tersebut hanya peringatan hari besar saja, maka sama saja tidak ada sikap nasionalismenya.
“Singkat saja. Pahlawan adalah penyelamat. Pejuang kita yang terdahulu sudah menyelamatkan bangsa indonesia dengan tumpah darah. Apakah kita bisa seperti mereka? Ya, minimal kita tuangkan sikap nasionalisme ke dalam diri dan mengaplikasikan ke dalam kehidupan,” kata Dosen Tetap Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Banten, Tubagus Rahman, M.Pd.
Dari teladan menjadi pahlawan. Contohnya adalah para pejuang yang sudah memerdekakan bangsa Indonesia.
“Kenapa kita sebut pahlawan? Karena kita meneladani mereka. Contoh lain adalah guru, guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Yang sudah menerangkan pengetahuan bangsa,” tandasnya.
Ia menambahkan, generasi muda bisa mengambil keteladan dari pahlawan dapat melalui menonton film-film yang bertemakan kepahlawanan, membaca novel dan buku buku pahlawan nasional kemudian nilai-nilai keteladan yang yang diperoleh tersebut dilaksanakan dalam lingkungan keluarga sekolah dan kehidupan sehari-hari melalui sikap sosial seperti kepemimpinan, tanggung jawab, keberanian, cinta tanah air dan lain-lain.
“Harapan saya, pendidikan harus memiliki strategi lebih baik dalam mengembangkan sikap nasionalisme kepada siswa. Karena di zaman modern saat ini sikap nasionalisme pada remaja sudah hampir punah. Contohnya siswa banyak yang malas melaksanakan upacara bendera,” harapnya.@IMAN