Majalahteras.com – Moralitas bangsa memang sedang diuji dan memprihatinkan, generasi muda saat ini butuh keteladanan dan sosok yang bisa menjadi contoh untuk kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena bangsa Indonesia saat ini sedang berada dalam krisis perilaku baik dalam bidang ekonomi ataupun teknologi.
Namun sebaliknya terjadi di Indonesia, di sini sebagian besar melakukan perbuatan yang tidak sepantasnya. Banyak pengaruh negatif yang bisa kita rasakan lewat Food, Fashion ataupun Fun.
Bagaimana Ibu memahami kondisi seperti itu?
“Kita sebagai warga negara Indonesia tidak sedikit yang tahu makanan khas dari budaya sendiri tetapi dengan adanya pengaruh asing lewat perdagangan bebas kita lebih mengenal makanan budaya asing, fashion yang sekarang jauh sekali dengan zaman dulu karena berbagai perkembangan dan mengikuti trend zaman now akibatnya tidak sedikit yang mengikuti budaya luar. Begitu juga fun atau tontonan, tempat hiburan serta media sosial,” papar Guru Kelas 1 SDIT Irsyadul ‘Ibad Pandeglang, Yayan Riyanti, S.Pd.
Jika saja pemuda di zaman sekarang ini mengetahui dan memahami bagaimana para pejuang bangsa mengorbankan jiwa dan raga untuk kita semua dapat terbebas dari penjajah, pastilah para pemuda Indonesia akan mengisi kemerdekaan ini dengan hal-hal yang bermanfaat, bukan sebaliknya.
Dari sini bagaimana Ibu melihat relevansi antara keteladanan dengan sejarah?
“Ketika kita belajar sejarah berarti kita tidak akan mengulangi kesalahan dimasa lampau dan akan memperbaiki untuk masa depan. Artinya moralitas bangsa terjadi karena para pemuda yang seharusnya mengisi kemerdekaan dengan hal-hal positif dan bermanfaat,” katanya.
Keteladanan, tambah Yayan, sangat berkaitan sekali dengan sejarah karena ketika kita mengetahui sejarah atau asal-usul suatu peristiwa, itu akan membantu kita berfikir kritis tentang pola dan penyelesaian masalah dan bisa mengetahui perjalanan sebuah ide atau pergerakan.
“Sejarah juga dapat membantu seseorang untuk mengerti kehidupan manusia dan masyarakat pada jaman sebelumnya dan mengerti tentang budaya dan masyarakat,” tandasnya.
Bangsa Indonesia membutuhkan sosok keteladanan dan penting sekali untuk pendidikan anak di Indonesia, melalui sejarah dan pemahaman tentang budaya, agama ataupun aturan yang berlaku di masyarakat.
Jika dihubungakan dengan tugas Ibu sebagai guru?
“Tugas kita sebagai pendidik mengenalkan sejarah kepada putra-putri kita dengan tujuan agar generasai penerus ini bisa mengisi kemerdekaan dan menerusakan perjuangan para pahlawan,” pungkas Yayan.
Untuk itu sangat penting sekali kita mempelajari pendidikan sejarah bangsa Indonesia, dimana sebelum rakyat indonesia merdeka, para pemuda Indonesia sangat gigih dalam berjuang. Seperti sang Proklamator Mohammad Hatta. Bung Hatta adalah tokoh yang patut diteladani.
“Beliau terkenal sebagai tokoh yang sangat disiplin dengan waktu. Beliau juga dikenal sebagai tokoh yang jujur dan sederhana. Bung Hatta menunjukan bahwa ia pemuda yang memegang teguh prinsip dengan cara menolak segala bentuk kerjasama dengan pihak penjajah Belanda,” jelasnya.
Seberapa penting peran sejarah untuk anak?
Betapa pentingnya keteladanan untuk anak, karena dapat membangun pemahaman yang lebih dalam tentang manusia dan masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi mereka yang ingin mengubah masa depan menjadi lebih baik.
“Teringat pada salah satu tokoh dan pelopor pendidikan dimana pada masa pergerakan indonesia dalam melawan penjajah belanda yaitu“Ki Hajar Dewantara” beliau mengatakan Ing ngarsa sung tulada,ing madya mangun karsa,tut wuri handayani artinya dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan, ditengah atau diantara murid guru harus menciptakan prakarsa atau ide. Dan di depan pendidik harus memberi teladan atau contoh yang baik. Jadi, semangat pendidikan beliau harus kita tanamkan kepada generasi penerus bangsa Indonesia, untuk membangun dan mengembangkan dunia pendidikan tanah air menjadi lebih baik,” tuturnya menjelaskan.
Bagaimana harapan Ibu ke depan terkait pendidikan?
Semoga ke depan dalam pendidikan, seorang guru bukan hanya mentransfer ilmu semata atau anak diberikan nilai secara akademik saja, tetapi bagaimana generasi penerus mampu mengembangkan dan memiliki kesadaran menjadi generasi yang berbudaya.@Tinik
Hasil Wawancara Jurnalis Majalah Teras
Dengan Yayan Riyanti, S.Pd
Guru Kelas 1 SDIT Irsyadul ‘Ibad, Kabupaten Pandeglang