MAJALAHTERAS.COM – Salah seorang petugas posko pengungsi korban bencana tsunami Selat Sunda, yang berada di Majelis Taklim Al-Ikhlas, Kampung Karabohong, Desa Labuan, Kecamatan Labuan. Menyayangkan sikap Pemerintah Daerah, yang harus menunggu usulan pengajuan bantuan logistik, agar bisa disalurkan.
Padahal, bantuan tersebut diberikan oleh donatur untuk mengurangi beban para pengungsi. Terlebih, hal tersebut berkaitan dengan kemanusiaan. Seperti halnya diakui Sersan Kepala Koramil Labuan, yang juga sebagai petugas Posko Majelis Taklim Al-Ikhlas, Basri menuturkan. Bila hanya untuk mendapatkan bantuan logistik harus melalui pengajuan, hal itu dinilainya terlalu birokrasi, serta mesti melalui proses yang panjang.
“Sebetulnya tidak perlu mengajukan, pemerintah harus tahu. Itu kan birokrasinya juga panjang. Ngapain begitu-begituan, langsung saja ke situ (pengungsian). Ini kan kemanusiaan. Seharusnya kita membantu karena rumah mereka sudah hancur. Jadi tidak usah pakai surat ini, surat itu. Langsung saja kirim,” katanya kesal, Rabu (10/4/2019).
Kekesalan Basri dapat dimaklumi. Pasalnya, selama ini perhatian pemerintah untuk menyalurkan bantuan logistik dianggap berbeda jauh dibanding donatur lain yang lebih rutin.
“Suplai logistik sampai saat ini jarang sekali dari pemerintah, tidak seperti donatur yang sayang sama pengungsi. Pemerintah ada dikit-dikit, tidak seperti dari orang lain,” sebutnya.
Basri semakin prihatin manakala saat ini, pasokan makanan pokok tidak akan mencukupi dalam waktu yang lama. Sebab kini hanya menyisakan 6 karung beras. Namun disisi lain, pemerintah masih menimbun ratusan paket bahan pokok di gudang logistik bantuan bencana tsunami.
“Ketersediaan sudah makin tipis. Apalagi mi instan dan beras. Tinggal beberapa karung lagi,” sebutnya.
“Tidak usah ditaruh taruh, pengungsinya juga di Labuan. Kalau dimakan tikus nanti siapa yang makan? Buat apa itu? Apakah itu mungkin buat dijual lagi atau dimakan sendiri? Ya silakan saja biar nanti bernanah kulitnya. Itu kan buat pengungsi bukan untuk siapa-siapa?” sambungnya kesal.
Tak sampai di situ, Basri juga menyayangkan lokasi gudang logistik Pemda yang letaknya jauh dari pengungsian. Gudang logistik milik Pemkab berada di Shohibul Barokah dan Hanggar Kendaraan di Kampung Cikoneng, Kecamatan Kaduhejo.
“Ngapain gudang di Kaduhejo? Kan jauh dari Labuan. Kan pengungsi di Labuan. Yang kena dampak di pesisir pantai, bukan tengah kota,” sindirnya. (Daday/Terasnetwork)