Banyak Organisasi Abal-Abal, PP Muhamadiyah Cabut dari POP Kemendikbud

oleh
oleh -

Majalahteras.com – PP Muhammadiyah merupakan salah satu organisasi masyarakat besar yang menyejarah di Indonesia. Jadi polemik nasional, bukan tanpa alasan jika PP Muhammadiyah ambil sikap untuk mundur dari Program Organisasi Penggerak (POP) Kementerian Pendidikan dan kebudayaan sejak 10 Maret lalu.

Di dalam surat Pernyataan Sikap yang ditandatangani oleh Ketua Bidang Kerjasama Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah PP Muhammadiyah, Kasiyarno, disebutkan beberapa pertimbangan kenapa pihaknya mundur dari program tersebut.

Dalam prosesnya, kata Kasiyarno, PP Muhammadiyah menemukan beberapa kejanggalan dari program yang menelan anggaran negara sekitar Rp 600 miliar itu. Ia mengatakan, mulanya PP Muhammadiyah menyambut baik itikad Kemendikbud untuk memajukan taraf pendidikan nasional dan menguatkan sumber daya manusia (SDM) dewasa ini.

“Bahkan, Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah telah mengajukan proposal tentang program pengembangan kompetensi kepala sekolah dan guru penggerak untuk mewujudkan perubahan pendidikan di Indonesia,” ujarnya.

Baca Juga  Satgas TMMD KE 110 KODIM 1206/PSB Bentuk Posko Tangguh Tanggap Covid -19 Tintin Kemantan

Tak hanya itu, lanjut dia, Perguruan Tinggi Muhammadiyah di pelosok negeri akan dilibatkan dalam program pengembangan kompetensi Kepala Sekolah dan Guru Penggerak di seluruh wilayah di Indonesia.

Namun, Kasiyarno menilai, POP Kemendikbud itu justru didapati ketidaktransparanan dan akuntabilitas program tersebut terkesan hanya formalitas belaka.

“Ini karena banyak juga organisasi ikut POP Kemendikbud ternyata organisasi abal-abal sekelas organisasi kursus atau Bimbingan Belajar (Bimbel),” pungkasnya.

Termasuk juga, pada tahap verifikasi dan visitasi lapangan lembaga-lembaga tersebut diragukan. Tapi, dinyatakan lolos verifikasi POP Kemendikbud dan mendapatkan anggaran kategori ‘gajah’ yang jumlahnya puluhan miliar untuk periode tiga tahun.

“Ada 186 program yang disepakati oleh Kemendikbud dari 156 organisasi penggerak itu yang lolos administrasi pertama. Kemudian setelah ada visitasi dan verifikasi di lapangan. Nah setelah ada verifikasi lapangan dan hasilnya pada tanggal 17 Juli diumumkan tidak ada satupun namanya yang gagal dari daftar organisasi penggerak,” jelas Kasiyarno, Kamis (23/7).

Baca Juga  Dr Ali Mahsun ATMO Presiden KAI: Gibran Lebih Unggul Dibanding Gus Imin dan Mahfudz MD pada Debat Cawapres I KPU RI

“Kami curiga, organisasi-organisasi yang kemarin lolos verifikasi ternyata ini kelihatannya hanya sebagai formalitas saja. Ini satu indikasi yang kemudian menumbuhkan kecurigaan kita lebih lanjut,” sambungnya.

Menurutnya, dengan dana yang cukup fantastis sebesar hampir Rp 600 miliar lembaga sekelas bimbel dan kursus bisa mendapatkan anggaran POP puluhan milyar. Sedangkan, lembaga-lembaga tersebut justru tidak memiliki rekam jejak dan struktur keanggotaan yang jelas.

“Dananya bisa mencapai Rp 20 miliar dan program ini diselenggarakan selama 3 tahun. Ternyata organisasi itu diantaranya levelnya hanya lokal. Bahkan bisa disebut sebagai bimbingan belajar, hanya kursusan, katakanlah. Tidak punya kantor, karyawan program yang dikerjakan pun juga tidak jelas gitu ya. Ini memprihatinkan,” bebernya.

Baca Juga  Presiden Jokowi Ajak Masyarakat Segera Lapor SPT Tahunan

Atas dasar itulah, Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah PP Muhammadiyah menyatakan sikap mundur dari POP Kemendikbud tersebut. Sebab, Muhammadiyah yang konsen di bidang pendidikan jauh sebelum Indonesia merdeka dan punya ribuan sekolah menyayangkan program organisasi penggerak yang hanya formalitas.

“Kalau seperti ini maka lebih baik Muhammadiyah tidak ikut serta. Karena, sekalipun kita ini lolos dan mendapatkan kategori ‘gajah’ kita lebih baik mundur daripada nanti setelah program ini berjalan kemudian tidak berhasil, penilaian masyarakat akan jelek,” jelasnya.@man