Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran resmi diumumkan, 7 Nopember lalu. Ada namanama yang sudah cukup popular, seperti Rosan Roeslani, Wamen BUMN yang didapuk menjadi Komandan TKN.
Ada juga nama-nama tokoh-tokoh Partai Koalisi, pengusaha, Artis, aktivis dana kademisi.
Bisa jadi inilah momen yang paling istimewa bagi semua tokoh, insititusi, partai, kelompok professional hingga relawan yang bertekad memenangkan Prabowo-Gibran sebagai Presiden dan Wakil Presiden 2024.
Dalam susunan pengurus dan anggota Tim Sukses, ada 4 dewan dan 7 komandan yang dinamakan Alfa hingga Golf di TKN itu.
TKN yang dipimpin Rosan Roeslani, Mantan Dubes Indonesia untuk Amerika Serikat dan Wakil Menteri BUMN, agaknya akan mengerahkan semua kekuatan untuk menjadikan Prabowo-Gibran menang dalam satu putaran.
Di grup relawan, nampak sosok Rusli Haris Moti, sebagai Komandannya. Moti, demikian ia disapa, adalah Mantan Ketua Umum Partai Rakyat Demokratik (PRD) setelah Budiman Sudjatmiko. Menunjuk Moti sebagai Komandan Relawan adalah pilihan yang tepat.
Ada juga sosok Noel atau Immanuel Ebezer, David Pajung, Maret Sueken dan Wahab Talaohu. Wahab Talaohu yang digadang-gadang bakal maju jadi Waki Gubernur Maluku adalah Ketua Umum Persaudaraan Aktivis 98. Nama lain yang didapuk sebagai Wakil Komandan Relawan adalah Ahmad Kailani, yang kini duduk sebagai Ketua Umum Perisai Prabowo.
Perisai Prabowo bisa dibilang “bocil”. Baru seumur jagung. Dideklarasikan pada 7 Oktober 2023, PS Prabowo sudah memiliki sekitar 15 struktur koordinator wilayah (korwil). Bisa jadi cepatnya pendirian Korwil karena jejaring PS Prabowo sudah lama tersedia.
Sebagai eks PII dan pernah duduk sebagai President of ISAFIS (Indonesian Student Association for International Studies) tahun 1996-1997, Kailani mampu menjaga jejaringnya. Ditambah, profesinya sebagai Advokat pada kantor hukum KEI & CO. LAW FIRM, membuat kesempatan Kailani untuk melakukan kunjungan ke berbagai daerah relatif bisa terakomodir.
Saat ditanya mengapa mau jadi relawan Prabowo; Kailani menjawab singkat; ini soal ancaman. Ancaman apa? Menurut Alumni Magister Hubungan Internasional Universitas Indonesia (UI) ini, tentu saja soal ancaman global. Ancaman yang dipicu oleh perubahan geopolitik akibat benturan kepentingan antar negara dan akibat perebutan akses sumber daya alam dan energi.
Situasi ini, jelas Kailani, akan menyeret Indonesia ke dalam situasi yang saangat mengkhawatirkan.
Wajar jika Presiden Jokowi berulang kali mengingatkan tentang ancaman krisis di masa depan. Dan kebijakan pembangunan “food estate”, bagian dari antipasi krisisis ini.
Tidak aneh pula jika Capres Prabowo Subianto mengingatkan tentang “food as a weapon”. Menjadikan ketersediaan pangan sebagai senjata untuk mengendalikan negara lain. Indonesia, dalam konteks ini, tidak sedang baik-baik saja. “Jadi kalau Indonesia tidak punya cadangan makanan (food estate) kita akan dikendalikan oleh negara lain”, demikian Prabowo berulang mengingatkan. Mengutip, Josep Borrel, chief kebijakan luar negeri Uni Eropa “Geopolitics is the vital word, everything is geopolitics. W’ve shifted into a disordered multipolar world where everything is a weapon: energy, data, infrastructure, migration”.
Menghadapi situasi seperti ini, menurut Kailani negeri ini membutuhkan seorang pemimpin. Pemimpin yang kuat (strong leader). Seorang pemimpin yang mampu membaca tanda-tanda tentang “peluang dan ancaman”. Tidak hanya dalam konteks dalam negeri tetapi juga luar negeri.
Karena itu, sosok Prabowo menjadi sosok yang tepat. Sebab keahlian, pengalaman, jaringan dan kemampuan me manage, dalam dunia militer sudah sangat mumpuni. Dan di sisi lain, ia juga punya kemampuan merangkul baik kekuatan sosial, politik dan ekonomi di dalam negara.
Kemampuan Prabowo dalam merangkul berbagai elemen bangsa, menurut Kailani juga bersifat lintas generasi. Sulit dihindari kalau Prabowo akrab dan nyaris tanpa koflik dengan tokoh seangkatannya.
Tetapi Prabowo juga punya kemampuan berkomunikasi dan akrab dengan tokoh-tokoh muda.
“Jika kita cermati dalam rentang 15 tahun terakhir, langkah Prabowo merangkul anak-anak muda terbilang sukses”, jelas Kailani.
Sukses story tokoh-tokoh muda seperti Presiden Jokowi, Anies Baswedan, Sandiaga Uno dan Ahok, sedikit banyak pernah “dimentor” oleh Prabowo. Prabowo juga tidak sungkan diajak bergabung dalam Kabinet, meski pilihannya tersebut tidak populer bagi sebagian pendukung yang fanatis. “Bagi Prabowo yang dikejar bukanlah kekuasaan melainkan pengabdian pada nusa dan bangsa”, jelas Kailani.
Sebagai Mantan Presiden ISAFIS, hubungan dengan sesama alumni ISAFIS masih terbilang kuat. ISAFIS yang didirikan oleh sejumlah Mahasiswa UI pada tahun 1984, seperti Faisal Motik, Andan Pandu Praja, dan lain sebagainya sejak awal berdiri mendorong terciptanya saling memahami antar bangsa-bangsa, promoting mutual understanding among nations.
“Dan ISAFIS, hingga ini masih eksis dan bergiat di dalam studi-studi internasional. Program pertukaran mahasiwa interasional, juga masih terus berlanjut. Dan bahkan kini jauh lebih banyak negara yang ikut dalam berpartisipasi”. “Mba Irma Hutabarat yang kini di PSI dan masuk Tim TKN Prabowo-Gibran, dulu adalah model yang aktif di ISAFIS”, terang Kailani.
Sebagai eks Presiden ISAFIS, Kailani sempat diundang menjadi observer dalam sebuah Winter Workshop selama hampir 2 pekan dengan tajuk “Resources of Conflict in South East Asia; Etnichity,
Refugees and Enviromental”di Godavari, Nepal, tahun 1999. Isu-isu yang terjadi di kawasan Asia Selatan, saat itu dikhawatirkan akan terjadi di Indonesia.
“Jadi saya mendukung dan ikut berjuang untuk memenangkan Prabowo-Gibran melalui “Perisai Prabowo” karena berangkat dari potensi ancaman baik nasional maupun internasional yang akan berimbas ke Kawasan Asia Tenggara, dan tentu saja Indonesia.
“Dan saya percaya, Prabowo dengan keahlian, pengetahuan, kemampauan dan jaringan, mampu menghadapi ancaman ini, bisa membawa Indonesia menuju bangsa yang lebih sejahtera dan bermartabat”. Jelas Kailani mengakhiri.