30 Orang Guru di Kota Malang Ikuti Pelatihan Guru untuk Pendidikan Demokrasi

oleh
oleh -

 

“Saya mau mengingatkan kepada para guru, bahwa Malang adalah Kota Ramah Anak. Masih ada sejumlah kasus yang menunjukkan bahwa guru belum sepenuhnya ramah terhadap anak dalam kegaiatan belajar-mengajar. Pendidikan demokrasi yang sedang kita ikuti ini, diharapkan dapat menjadi salah satu model untuk penyelenggaraan pendidikan yang makin ramah anak.”

Ungkapan di atas disampaikan oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang, Suwarjana, SE., MM. dalam sambutan pembukaan acara Pelatihan Guru untuk Pendidikan Demokrasi di Kota Malang (27/2/20240)

Pelatihan akan berlangsung selama 3 hari, sampai tanggal 29 Februari 2024, bertempat di Hotel Santika Premiere, Malang. Peserta pelatihan adalah kalangan guru SMP pengampu mata pelajaran PPKN, IPS, dan agama, sejumlah 30 orang.

Baca Juga  Melalui Pelatihan, Disnaker Kota Bekasi Perkuat Kompetensi dan Daya Saing Pencaker

Kegiatan pelatihan ini diseleggarakan oleh Paramadina Institute for Education Reform (PIER) Universitas Paramadina dan Konrad Adenauer Stiftung (KAS) Jerman, bekerjasama dengan Dinas Pendidkan dan Kebudayaan Kota Malang.

Selain Dinas Pendidikan, pembukaan Pelatihan Guru untuk Pendidikan Demokrasi juga dihadiri secara langsung oleh Denis Suarsana, Kepala Kantor Perwakilan Konrad Adenauer Stiftung untuk Indonesia dan Timor Leste. Beliau mengenalkan tentang Konrad Adenauer Stiftung (KAS) dan komitmen KAS terhadap pendidikan demokrasi, HAM, penegakan hukum, dan lain-lain. KAS banyak menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga yang memiliki visi yang sama di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Menurutnya, KAS adalah lembaga yang mungkin paling banyak menjalin kemitraan terkait isu demokrasi dan HAM dengan negara lain di seluruh dunia.

Baca Juga  Lapas Cikarang Lakukan Inspeksi Insidentil Penertiban Instalasi Listrik Pada Kamar Hunian

Sementara itu Djayadi Hanan, Direktur PIER Universitas Paramadina, dalam sambutannya lebih menekankan pada arti penting pelatihan ini. Menurutnya, ada dua agenda penting, mengapa guru perlu mendapatkan pelatihan demokrasi. Pertama, dalam rangka menyiapkan para pemimpin Indonesia yang makin demokratis di masa depan melalui pengajaran kepada para siswa. Kedua, mengajak para guru untuk menggagas secara bersama tentang model pembelajaran demokrasi yang demokratis. Karena bisa jadi, masih ada kasus pengetahuan tentang demokrasi diajarkan dengan cara yang otoriter atau tidak demokratis.

Baca Juga  Penyelenggaraan Pemilu Serentak 2019, Sesuai Konstitusi dan Undang-Undang

Narasumber pelatihan berasal dari kalangan aktivis pendidikan dan akademisi, antara lain: Djayadi Hanan – pengamat politik dan direktur PIER Universitas Paramadina, Tatok Djoko Sudiarto – Dekan Fakultas Falsafah dan Peradaban Universitas Paramadina, Danang Binuko – Ditjen Politik dan Pemerintahan Umum, Kemendagri, Mohammad Abduhzen – pengamat Pendidikan, Umar Abdullah – dosen Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang, dan Hilal Tri Anwari – Sekretaris PIER Universitas Paramadina.