Majalahteras.com – Masih ingat dengan “Surat untuk Kemanusiaan”? Surat yang pertama kali dirilis pada November 2017 dan awalnya ditandatangani oleh 15.000 ilmuwan dari 184 negara yang dipimpin oleh ahli ekologi William Ripple dari Oregon State University tersebut sedang menjadi bahan pembicaraan.
Surat tersebut kini telah ditandatangani oleh 20.000 ilmuwan dan kini disebut sebagai salah satu riset paling didiskusikan dalam sejarah. Penerbitnya bahkan mengklaim bahwa surat tersebut memengaruhi para pembuat kebijakan di seluruh dunia.
Sebetulnya, surat ini merupakan pembaharuan dari surat serupa yang diterbitkan oleh 1.700 anggota Persatuan Ilmuwan yang prihatin pada 1992.
Dalam surat pertama, para ilmuwan berkata bahwa manusia sedang menghancurkan rumahnya sendiri dan akan mengalami berbagai bencana, seperti polusi, penipisan ozon, penurunan produktivitas, penggundulan hutan, kepunahan berbagai spesies, dan perubahan iklim.
Namun, tampaknya manusia sama sekali tidak belajar. Setelah 26 tahun berlalu, masalah-masalah yang disebutkan di atas, kecuali lubang ozon, justru menjadi semakin buruk.
Menurut surat tersebut, masalah terbesar yang mengancam planet kita adalah perubahan iklim global. Sejak 1992, suhu rata-rata global telah meningkat sebanyak setengah derajat celcius dan emisi karbon dioksida telah meningkat sebanyak 62 persen.
Masalah ini disusul jumlah populasi manusia yang meningkat sebanyak 2 miliar. Pertumbuhan ini berbanding terbalik dengan jumlah populasi satwa global yang menurun sebanyak 30 persen, penyusutan tutupan hutan, dan penurunan jumlah ikan liar yang ditangkap (penanda kesehatan perikanan global).
Kini, prediksi tersebut menjadi kenyataan. Bahkan, selain lubang ozon, semua masalah yang disebutkan di atas menjadi lebih buruk dari 26 tahun yang lalu.
Untungnya, ada secercah harapan bagi manusia. Para ilmuwan memuji penyusutan lubang ozon yang disebabkan oleh pengurangan klorofluorokarbon (CFC). Bahkan, lubang ozon sekarang paling kecil sejak 1988.
Hal ini, ujar para ilmuwan, menunjukkan bahwa kita bisa membuat perubahan positif jika benar-benar mau melakukannya.
Pada akhir surat, para peneliti mengusulkan 13 cara untuk mengurangi dampak buruk manusia pada bumi, termasuk menetapkan cagar alam, mengurangi sampah makanan, mengembangkan teknologi ramah lingkungan, dan memberikan insentif ekonomi yang mendorong perubahan pola konsumsi.
Oleh karena itu, para ilmuwan pun memutuskan untuk menulis surat kedua yang mengajak ilmuwan lainnya, pakar ekonomi, dan pemegang kebijakan untuk mengubah fokus dari mendorong pertumbuhan menjadi menjaga kelangsungan planet bumi.
“Ada batas lingkungan yang kritis dari pertumbuhan ekonomi yang bergantung pada sumber daya,” tulis mereka.
Untungnya, permintaan para peneliti didengarkan. Di samping klaim penerbit bahwa surat ini adalah riset yang paling dibicarakan keenam dalam sejarah, surat untuk kemanusiaan ini telah menjadi bagian dari pidato parlemen Israel dan Kanada.@IMAN