Makna Simbolik di Balik Aksesoris Pernikahan Tradisional Lampung

oleh
oleh -

LAMPUNG – Salah satu parameter ketinggian budaya suatu suku bangsa dapat dilihat dari tingkat kemajuan seni kriyanya. Perwujudan dari perkembangan seni kriya tersebut dapat dilihat dari keterampilan dalam membuat busana dan aksesori perhiasan tradisional.

Ciri khas yang tercermin dari bentuk, motif ornamen, dan makna simbolik yang terkandung di dalam aksesori tradisional menunjukkan tingkat perkembangan kebudayaan suku bangsa tersebut. Masyarakat Lampung secara turun-temurun telah mewarisi keterampilan yang maju dalam pembuatan aksesori tradisional khas daerahnya.

Fungsi estetika dari aksesori atau perhiasan adalah untuk memperindah penampilan pemakainya. Selain estetika, aksesori tradisional memiliki fungsi sosial – memberi ciri terhadap stratifikasi atau status sosial si pemakainya di tengah masyarakat.

Baca Juga  Tari Kubu, Tarian khas Suku Semi-Nomaden Suku Kubu

Di samping itu, aksesori tradisional juga memiliki fungsi simbolik. Aksesori yang dikenakan memberikan pesan tersirat dan makna simbolik tertentu, khususnya dalam ritual adat. Dari ketiga fungsi tersebut, aksesori tradisional Lampung memiliki karakter yang lebih menonjol dalam fungsi sosial serta fungsi simboliknya.

Hal ini dapat dilihat dari aksesori yang digunakan dalam prosesi pernikahan adat Lampung – setiap aksesori memiliki makna simbolik yang spesifik. Salah satunya adalah gelang burung yang khusus digunakan hanya ketika kedua mempelai bersanding.

Baca Juga  Kerja Keras, Dedikasi dan Loyalitas Kunci Meniti Karir

Penggunaan gelang burung dalam prosesi pernikahan memiliki makna adanya beban besar yang harus siap dipikul kedua mempelai ketika memasuki kehidupan rumah tangga. Di samping itu, wujud burung garuda pada gelang tersebut melambangkan harapan agar hubungan pasangan pengantin kekal hingga akhir kehidupan.

Perhiasan kepala pengantin dan keluarga, antara lain siger, kopiah mas, dan syuket (mahkota mirul yang dililit kain sembagi), umumnya menunjukkan status sosial dari pengguna dan kekerabatan etnis. Siger saibatin, pernik berupa daun sekala/bambu, menunjukkan kedudukan sosial yang tinggi dalam masyarakat. Siger pun memiliki makna simbolik. Jumlah lekuknya melambangkan jumlah marga dalam adat pepadun atau jumlah adoq (gelar adat) pada adat saibatin.

Baca Juga  Ribuan Massa Hadiri Pesta Budaya Kerabat Regional IV

Selain dari aspek bentuk, pemilihan warna dalam aksesoris perhiasan juga memiliki pemaknaan tersendiri. Nuansa keemasan yang dominan dalam pernak-pernik perhiasan mempelai pengantin dalam adat Lampung melambangkan kejayaan. Selain itu, kombinasi warna keemasan dengan putih dan merah yang dominan dalam busana pengantin Lampung memiliki pesan atau harapan agar kedua mempelai memiliki keteguhan hati dalam mengarungi mahligai pernikahan.(man)