Budaya Membaca Buku di Era Digital

oleh
oleh -

https://majalahteras.com/-Buku adalah jendela dunia, buku merupakan sumber ilmu. Dengan membaca dapat membuka dunia, dengan membaca kita mengetahui segala informasi yang dibutuhkan. Budaya membaca ditengah masyarakat memiliki andil besar dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan tentunya akan berbpengaruh pada kemajuan suatu negara.

Dalam rangka hari buku internasional yang diperingati setiap tanggal 23 April, bagaimana meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia khususnya bagi kalangan pelajar di tengah era digital?

Di Provinsi Banten, masih banyak warganya yang buta huruf sedikitnya ada 51 ribu masyarakat yang buta huruf. Untuk menurunkan angka tersebut Pemerintah provinsi Banten menggalakkan program Satu Desa Satu Rumah Baca.

Dikatakan Gubernur Banten, selain membangun rumah baca, juga akan menerapkan budaya membaca di lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. “Pemerintah desa yang telah mendapatkan dana desa diharapkan dapat bergotong royong dengan pemerintah kota, kabupaten dan provinsi untuk membangun rumah baca, satu desa harus ada tempat baca,” terang Rano dalam diskusi sastra beberapa waktu lalu.

Di Lampung Selatan, upaya upaya membangkitkan kembali gairah membaca masyarakat, di tengah era kemanjuan teknologi informasi saat ini, Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) menggelar pustaka gemilang pada Januari Lalu.

Dikatakan Pelaksana Tugas (Plt) Sekkab Lampung Selatan Erlan Murdiantono Indonesia menempati peringkat ketiga terbawah sebagai negara yang masyarakatnya malas untuk membaca sesuai dengan hasil reset UNESCO atau 94 persen masyarakat Indonesia lebih gemar menonton dibanding dengan membaca.

Erlan menilai di era kemajuan teknologi informasi kini membuat pergeseran kalangan anak-anak dan generasi muda terhadap minat menbaca, meskipun informasi yang didapat melalui dunia internet semakin mudah diakses.

Baca Juga  Atasi Masalah Perilaku dan Emosi, Ikuti Workshop THT

“Namun demikian, kita tentunya kita tidak boleh hanya diam mengahadapi keyataan ini. Kita dituntut untuk membangkitkan minat membaca yang diibaratkan jendela dunia,” kata mantan Kepala Bappeda Lampung Selatan itu.

Sementara itu, Plt Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) Lampung Selatan Mawardi, mengatakan penyelengaraan gelora pustaka gemilang tersebut bertujuan menarik minat baca pelajar dan masyarakat agar gemar membaca di tengah maraknya media sosial yang berkembang saat ini.

“Sasarannya, untuk meningkatkan kreativitas pelajar dan guru PAUD dalam meningkatkan minat baca dan budaya membaca di kalangan pelajar dan masyarakat,” tuturnya.

Dikatakan Indralina Ariyanti, Kepala Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Lampung Utara untuk meningkatkan minat baca baik masyarakat maupun pelajar, pemerintah akan melaunching gedung baru perpustakaan. “ Kita akan undang sekolah dan masyarakat, setiap minggu akan kita selenggarakan kegiatan untuk meningkatkan minat baca pelajar dan masyarakat Lampung Utara,” terangnya.

Selain itu Indralina mengatakan, untuk meningkatkan minat baca masyarakat diperlukan sosialisasi dan pendekatan kepada masyarakat. “Kemudian kita siap jemput, artinya kita mengunjungi desa dan kecamatan yang jauh dari kita, karena jika hanya menunggu mereka datang keperpustakaan banyak yang enggan,” ujarnya.

“Kita juga berencana untuk mendatangkan bazaar buku dari yogya supaya minat baca masyarakat Lampung Utara ini meningkat,” lanjutnya.

Senada dikatakan Ratu Laila Kepala kantor Arsip dan Perustakaan Daerah Kabupaten Serang, upaya yang dilakukan dalam meningkatkan minat baca masyarakat Kabupaten Serang dengan program Perpustakaan Keliling (Pusling). “Kita melakukan program Pusling yang ditujukan untuk daerah atau sekolah-sekolah terpencil di seluruh Kabupaten Serang sebanyak 326 desa dalam rangka meningkatkan minat baca pada anak.” Terangnya.

Baca Juga  Kadivpas Kemenkumham Kalteng Serahkan Hadiah Porsenap HBP ke-59 kepada WBP Rutan Palangka Raya

“Disana minat bacanya sangat tinggi sekali, anak-anak sangat senang dan antusias. Guru-gurunya pun meminta agar setiap minggu bisa mengirim pusling ke sekolah-sekolah,” lanjutnya.

Menurut Ratu, masalah ada kendala yang dihadapi dalam meningkatkan minat baca masyarakat Serang yaitu kurangnya fasilitas dari KAPD dalam memberikan pelayanan. “Seperti kurangnya mobil kendaraan sebagai perpustakaan keliling. Disini kita hanya memiliki 2 unit mobil sebagai kendaraan pusling,” kata Ratu.

Lebih lanjut Ratu mengatakan  bahwa dalam era teknologi yang canggih ini, pihaknya pun berencana membuat e-perpustakaan. “Karena saat ini anak lebih banyak juga menggunakan gadget. Selain itu, perpustakaannya juga akan ditambahkan buku-buku penunjang dan buku-buku lain untuk bisa menambah bahan didalamnya,” jelasnya.

Sementara Mohammad A’I, M.Pd Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMPN 1 Kota Serang mengatakan dalam buku bacaan untuk pelajar tetap mengacu pada buku yang telah ditetapkan diterbitkan langsung oleh Kemendikbud. “Itu menjadi buku sumber utama untuk disekolah, selain itu, perlu juga buku penunjang untuk disimpan di perpustakaan,” ujarnya.

Menurut M. A’i, dalam perkembangan teknologi yang canggih ini bisa juga membantu dalam memberikan informasi tambahan. Namun disisi lain, seperti gadget juga bisa menimbulkan kerawanan. Contohnya siswa naik angkot membaca menggunakan gadget, itu bahaya. Berbeda ketika mereka membaca memakai buku, jadi tidak akan menjadi pemicu kejahatan.

“Saya berharap selain guru, keluarga pun bisa ikut berperan dalam membangkitkan minat baca siswa. Seperti membuat perpustakaan kecil dirumah. Membaca buku yang cocok sesuai dengan kurikulum yang berlaku, kemudian buku-buku penunjang yang menjadi sumber dan penunjang materi-materi kurikulum yang ada,” tandasnya.

Baca Juga  Antisipasi P4GN, Lapas Pemuda Kelas IIA Tangerang Lakukan Tes Urine

Deni Sopari, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMPN 14 Kota Serang selain buku juga, sekarang IT seperti penggunaan gedget lebih dominan. Disisi lain siswa juga harus menggunakan IT. IT seperti internet itu kecepatannya lebih tinggi dari buku. Jadi anak perbekalannya sekarang berupa buku digital. “Kadang-kadang anak lebih pintar dari gurunya. Jadi ga bisa dilarang juga karena anak itu semakin dilarang akan semakin penasaran. Selain peran guru, orang tua juga harus bisa membatasi anak dalam menggunakan gedget dalam belajar,” ujarnya.

Deni mengatakan, bahwa buku ideal yang baik dibaca oleh siswa yaitu buku yang sifatnya akademik murni dan buku-buku tertentu yang sesuai usia. Jika membaca cerpen harus membaca cerpen yang seusianya. “Jadi sekarang bagaimana meningkatkan minat baca anak pada buku, karena sekarang minat baca siswa SMP pada buku itu berkurang. Karena perkembangan teknologi yang semakin tinggi,” terangnya.

“Jadi, di hari buku ini saya berharap, bagaimana semua penulis atau penerbit bisa membuat dan menerbitkan sebuah buku yang dikemas dengan semenarik mungkin agar kalah dengan gadget,” paparnya.

Ditempat terpisah, Aliudin Kepala SMA Negeri 3 Kota Cilegon mengatakan buku adalah jendela dunia, dan kegiatan membaca buku merupakan suatu cara untuk membuka jendela tersebut agar bisa mengetahui lebih tentang dunia yang belum diketahui sebelumnya, menambah wawasan, pengetahuan dan dapat meningkatkan fokus dan konsentrasi. @TRESNA/TANTI