Angklung Sebagai Warisan Budaya Sunda Harus Dilestarikan

oleh
oleh -

Alat musik tradisional angklung tetap terjaga kelestariannya oleh Saung Angklung Udjo. Ayo ke sana akhir pekan ini!

Saung Angklung Udjo yang didirikan Udjo Ngalagena (Mang Udjo) sudah eksis dalam melestarikan kesenian dan kebudayaan Sunda selama 50 tahun lebih. Dalam perjalananya, mereka selalu memberikan sentuhan berbeda dalam setiap pagelaran yang berlangsung.

“Dalam melestarikan angklung ini memang harus ada inovasi atau kreasi baru agar tetap bisa dinikmati. Kalau monoton, maka lambat laun akan ditinggalkan,” kata putra kesembilan Mang Udjo, Taufik Hidayat Udjo.

Baca Juga  Legenda Masyarakat Cisungsang, Kearifan Lokal Banten

Menurutnya untuk menghasilkan inovasi dalam melestarikan angklung perlu diawali oleh rasa kecintaan. Dengan rasa cinta, maka akan muncul ide-ide kreatif yang membuat angklung tetap konsisten di era modernisasi ini. Terlebih kini menjadi salah satu daya tarik wisata.

Sebagai salah satu tempat wisata seni sekaligus cagar budaya Sunda di Jawa Barat, menuntut pengurus Saung Angklung Udjo terus berinovasi. Misalnya dalam pemilihan lagu, gerakan-gerakan ketika bermain angklung dan inovasi lainnya yang membuat angklun menarik untuk dinikmati.

Baca Juga  Kudhok, Senjata Khas Bumi Besemah

“Kami juga tetap mengedepankan kualitas suara. Karena kami membuatnya sendiri sesuai dengan standar pertunjukan,” kata Pengelola Saung Angklung Udjo ini.

Angklung merupakan alat musik yang harus dimainkan oleh sekelompok orang. Butuh kerjasama serta kekompakan antara pemain satu dengan yang lainnya. Sehingga, bisa menghasilkan harmonisasi suara yang enak didengar dan dilihat

“Filosofi angklung sama dengan budaya gotong royong. Dalam setiap kunjungan wisatawan khususnya anak-anak sekolah kita tanamkan itu sebagai edukasi,” tutur dia.

Baca Juga  Suku Saibatin, Kearifan Budaya di Pesisir Lampung

Melestarikan warisan budaya Sunda merupakan tugas bersama-sama terutama pemerintah. Dengan masuknya angklung dalam kegiatan pendidikan akan sangat mendukung dalam upaya pelestarian teresebut. Namun, dalam pelaksanaanya perlu adanya pengawasan.

“Saya melihat secara konsep dan juknis sudah baik. Tapi pelaksanaan di lapangan ada yang tidak sesuai. Saya lihat kualitas angklung yang ada di sekolah kurang baik untuk pertunjukan atau pembinaan,” kata dia.