GS Ashok Kumar: Mengapa Anyer Melulu Jadi Sasaran Tembak Pemberitaaan

oleh
oleh -

MAJALAHTERAS.COM – Ketua Harian PHRI Provinsi Banten, GS Ashok Kumar, mempertanyakan mengapa selalu daerah Anyer yang selalu menjadi bahan pemberitaan bencana tsunami. Padahal menurutnya, kawasan berikut hotel-hotel di kawasan Anyer tidak terimbas tsunami.

“Hotel-hotel di kawasan Anyer sama sekali tidak terhimbas tsunami. Dengan kata lain zero accident,” katanya Ashok.

Ashok menilai, tidak aneh bila Anyer mendapat rating tinggi sehingga Anyer menjadi icon pemberitaan dari berbagai narasumber media.

“Namun apakah pemahamannya yang masih jauh dari cerminan ke pariwisataan. Coba saja ditulis judulnya besar bahwa Pantai Cinangka terkena Tsunami, pasti beritanya tidak naik rating alias rendah minat bacanya. Ini karena Anyer sudah popular dan menglobal namanya. Sampai-sampai ada lagunya antara Anyer dan Jakarta, tidak ada lagu antara Bali dan Jakarta,” paparnya.

Selanjutnya, Ashok menambahkan, terkait isu yang tengah viral bila pantai Anyer itu mahal dan banyak pungutan liar. “Isu viral lagi katanya masuk Pantai Anyer mahal dan banyak pemalak liar, peristiwa ini pun sebenarnya terjadi di Pantai Cinangka, tetapi Anyer lagi Anyer lagi yang kena. Kemudian makanan dan minuman restoran di Anyer juga mahal, kembali Anyer yang disebutkan,” terangnya.

Baca Juga  Kapuspen Kemendagri: BPIP Adalah Lembaga Negara Yang Sangat Terbuka Kepada Publik

Branding dan advertising yang telah dibangun bukan dengan sedikit materi yang telah di spending selama ini untuk sponsorship dari segenap Anggota PHRI dari masing-masing Hotel.

“Ironisnya, ada narasumber mengutarakan di salah satu media, akan mengajak semua pihak lakukan boikot Anyer dan pindah ke Bali. Dari beberapa poin yang dijadikan sebagai landasan, ya kalau mau dikomparasi ya harus sebanding, apel dengan apel, bukan salak dengan apel. Bagaimana pun keadaannya, kita harus bangga sebagai warga Banten,” kata Ashok menganalogikan.

Para narasumber atau orang yang memberi statement di media, menurutnya, harus di edukasi terlebih dahulu. “Anyer itu hanya sebuah DTW kecamatan, Kalau Bali itu kan DTW provinsi. Hebat berarti Anyer itu menaikan value added pemberitaan. Seyogianya, Pemprov melalui dinas-dinas terkait seperti Kominfo, Dispar, dan lainnya selalu peka dan update pemberitaan di media, dan harus gerak cepat selalu, roadshow juga harus yang tepat sasar ,” pungkasnya.

Baca Juga  Warga Cibenying Keluhkan Bau Menyengat dari Rumah Ayam Potong

Lanjut Ashok, festival-festival semestinya tidak hanya digelar dalam rangka hanya untuk menghabiskan APBD, hanya branding pada tataran seremonial saja, sementara segment market diabaikan, serta tidak ada impact yang signifikan kepada naiknya tingkat hunian dari penyelegaraan Festival maupun Expo.

“Follow up after salesnya yang harus diperkuat oleh Pemprov sesuai seremonial. Serta adanya transparansi. Sampai detik ini, kita sudah masuk dipenghujung tahun 2018, juga belum ada RIPDA untuk Pariwisata Banten. Padahal Provinsi Banten sudah berusia 18 tahun. Blue Print itu mutlak, baru tahu arahnya mau dibawa kemana pariwisata kita ini. 90 persen mengalirnya tingkat hunian hotel dari daya upaya Sales and Marketing anggota PHRI sendiri. Namun kami tidak mempermasalahkannya demi membangun kebersamaan agar dapat mempercepat RIPDA demi kejelasan arahnya kepariwisataan kita ini,” jelas Ashok.

Tim 9 yang diberangkatkan meraih dan memenangkan serta membawa tongkat PATA International Conference Eco Tourism 2001 dari Colombo Sri Langka. Tahun 2002, Banten menjadi Tuan Rumah PATA International Conference Eco Tourism dengan 26 negara di Hotel Sheraton Bandara.

Baca Juga  Pelaku Pemerkosaan 13 Santriwati, Herry Wirawan Bebas dari Hukuman Kebiri Kimia

“Di tengah persiapan detik pelaksanaan H-2, terguncang insiden di Soeta Airport gedung MCD, otomatis ke-23 negara membatalkan keikutsertaan dari adanya insiden di Soeta Airport tersebut. Kadispar Perdana Alm Sulaiman, saksi hidup yang ikut ke Colombo Srilangka Affandi, saksi hidup mantan Bupati Serang Achmad Taufik Nuriman, Kadispar Kabupaten Serang Alam Darussalam, serta kami sendiri juga sebagai peserta Conference di Colombo,” ujarnya.

Selanjutnya dikatakan Ashok, atasnama PHRI BPD dan BPC se-Provinsi Banten mengapresiasi yang setingginya kepada Gubernur Banten Wahidin Halim, atas memberanikan diri menyatu 2 CEO Bupati Kabupaten Serang dan Walikota Kota Serang, dalam upaya revitalisasi Kesultanan Banten Lama menjadikan Madinah Banten. “PHRI sepakat membuat singkatan sebagai wujud apresiasi kami untuk Gubernur yang kami banggakan dengan istilah Banten Lama menjadi KWH yaitu Kawasan Wisata Halal. Semoga dapat menjadi julukan KWH selamanya, dengan catatan administrasi dari Gubernur diistilahkan KWH untuk dapat dikenang selamanya,” paparnya. @IMAN